Cerita Sex Adik Iparku Seorang Bidan
|| Hai malam semuanya.. aku ingin berbagi cerita sex lagi nih dengan kalian yang suka membaca cerita-cerita dewasa. Kali ini aku Cerita Sex Adik Iparku Seorang Bidan yang tidak kalah serunya juga dengan yang sebelumnya. Silahkan di nikmati ya gan…
Beberapa saat lalu, rumah kami semakin berwarna waktu adik bungsu istriku yang kuliah kedokteran pada salah satu perguruan tinggi negeri lagi melakukan Coass di salah satu Rumah Sakit negeri yang kebetulan berada dekat dengan rumah kami. Umurnya masih sangat muda sekitar 20 tahun, dia termasuk mahasiswi yang cerdas karena dapat menuntaskan studi tepat pada waktunya.
Jika dipandang dari mukanya, dia lebih cantik dari istriku, ditambah mukanya yang teduh dan keibuan. Meskipun tubuhnya aku taksir tidak sebagus tubuh istriku tapi tetap diatas rata-rata wanita pada umumnya. Perbedaan lainnya, jka istriku senang berpakaian seksi dan menarik lawan jenisnya.
Adik dari istriku ini malah sebaliknya, dia menutupi kecantikannya dengan pakaian yang sangat longgar dan jilbab yang lebar. Ditambah manset dan kaus kaki jadinya aku cuma dapat memandang mukanya yang putih bersih dan telapak tangannya. Bahkan setiap aku ada di rumah dia tidak melepaskan jilbab dan kaos kakinya walau barang sebentar. Namanya Heni gadis cantik itu.
Kami lalui hari dengan wajar, aku bisa berangkat terlebih dahulu dengan mengantarkan istriku ke kantornya. Sebaliknya Heni biasa berangkat terakhir karena jarak Rumah Sakit yang tidak terlalu jauh dengan rumah kami. Meski dalam hati aku menyembunyikan ketertarikan pada Heni.
Aku semakin bergairah ketika melihat tingkahnya yang sopan, murah senyum, dan lenggok pinggulnya ketika berjalan walau aku yakin bukan maksud dia untuk melakukan itu. Inner beauty yang terpancar ditambah bakat kecantikan dan kemolekan tubuhnya selalu ia jaga dengan baik. Katanya hanya untuk suaminya saja, bahkan dia tidak mau pacaran walau saya yakin pasti banyak laki-laki yang menginginkannya.
Jilbabnya yang lebar itu tidak bisa menutupi lekukan dadanya yang membumbung. Jika istriku berukuran 38 B aku tebak besar tetek adik istriku itu kira-kira 36 B. Tingginya yang semampai nyaris mencapai 165 cm ditunjang tubuh yang tidak kurus juga tidak gemuk membuat mata laki-laki manapun pasti akan terkesima.
Terutama jika dirumah aku kerap melihatnya cuma memakai daster saja meski wajah dan kakinya tidak dapat aku lihat, tapi aku bisa mengangankan bagaimana tubuhnya.Terkadang saat aku bergumul dengan istriku aku membayangkan lagi melakukan dengan Heni.
Sikapnya yang tertutup pada laki-laki dan selalu menutup tubuhnya semakin membuatku penasaran. Hanya saja aku masih menghargainya sebagai adik dari istriku, dan sikapnya yang menjaga diri. Gayanya dan sikapnya yang renyah menjadikan siapapun jadi nggak sungkan buat mengenalnya lebih dekat dengannya meski ia masih menjaga jarak.
Suatu hari, sepulang kantor aku membuka DVD Blue Film yang baru aku pinjam dari teman kantorku, Blue Film yang aku tonton degan menggunakan komputer cukup bagus dimana Film tersebut tidak terlalu vulgar dan seronok yang membuat orang jijik. Itu meningkatkan gairahku, kudekati istriku yang lagi menonton TV di ruang tengah, aku mulai mencumbunya dan dia pun manyahut cumbuanku, tiba-tiba ku dengar pintu depan terbuka, tentu Heni gumamku.
“Tumben jam 9 baru pulang Ni?” Tanya istriku,
“Iya mbak, tadi praktik bedah dulu. O ya mas, boleh kan aku pakai ruang kerjanya, aku mau buat laporan” lanjut Heni.
“Silahkan aja, gunakan sebebasnya dan nggak usah canggung disini” ujarku sembari menahan birahi yang baru saja naik.
“Terima kasih ya mas” ucapnya.
Setelah Heni masuk kamar kamipun segera melanjutkan kegiatan kami dan pindah ke dalam kamar kami. Pergumulanpun semakin seru karena istriku mulai mengeluarkan jurus-jurus barunya. Tapi tidak perlu ku ceritakan karena bukan ini inti cerita yang akan aku ceritakan. Setelah kami puas kami pun tertidur.
Aku terbangun sekitar pukul 1 dini hari, ku lihat istriku masih terlelap kelelahan tanpa sehelia benangpun disebelahku. Aku keluar kamar untuk mengambil air minum dan memeriksa kondisi rumah. Kulihat sekilas Heni masih di ruang kerjaku dan tetap didepan komputer, sesudah kupastikan semua pintu terkunci dan aku mengambil segelas air. Aku mulai lihat Heni yang terlihat tidak sadar keberadaanku. Aku puji kecantikanya dalam hati.
Matanya yang lentik, bibirnya yang tipis dan menawan. Pokoknya ia adalah wanita muda yang sangat menawan. Tidak lama kemudian saat tiba-tiba aku melihat sesuatu yang ganjil. Mata Heni masih memandangi layar komputer saat itu, tapi tangannya mulai menyusup dibalik jilbabnya. Dari pergerakan tangan yang tertutup jilbabnya itu aku tahu apa yang dia lakukan. Dia meremas-remas teteknya sendiri, ku lihat matanya setengah terpejam bibirnya terbuka. mungkin dia sedang merasakan sensasi yang baru dia rasakan.
“mhh..uuhhhmmm…aaahhh….” ku dengar desahan kecil dari mulutnya, aku langsung bergegas ke kamar buat mengambil Handhone ku dan langsung merekam kejadian langka ini. Sesudah aku mengambil HPku lalu mulai ku rekam adegannya.
Tangan kanan Heni masih terus meraba teteknya, kini rabaannya kian keras dan bersemangat. Nggak cuma itu aku tampak sepintas tangannya membuka kancing daster bagian atasnya, dan aku percaya dia memasukkan tangannya ke dalam teteknya. Kejadian itu terus aku rekam.
Sesekali Heni melengguh “uuhh…aahhh…mhh…..oohh…” matanya terus terpejam, bibir bawahnya dia gigit, terkadang kepalanya tergeleng ke kanan dan ke kiri. Heni sungguh menikmatinya apa yang ia lakukan ini.
Ternyata nggak stop disitu, tangan kirinya mulai pergi ke selangkangannya, dia menyentuh memeknya sendiri dari luar dasternya. ku lihat jari tengahnya lanjut menggosok bagian tengah memeknya, aku zoom kamera HPku, dan melihat secara close up apa yang sedang dia lakukan.
Heni mulai merembak dasternya ke atas, meski tetap memakai kaus kaki mulai tertampak betis atasnya yang amat putih, sedikit demi sedikit daster tersebut tertarik ke atas oleh tangan kiri Heni.
” Wow.. Ternyata benar dugaan aku. Sungguh mulus.. ” Kataku di dalam hati.
Pahanya yang putih mulus mulai tersingkap, Kontolku mulai tegang melihat pemandangan itu. Sampai akhirnya tangannya diam saat daster mulai hinggap di bagian perutnya. Dan tertampaklah celana dalam Heni yang berwarna putih. Tangan kiri Heni tetap bergerak masuk ke dalam celana dalamnya. Ku lihat tangannya terus bergerak-gerak diantara selangkangannya. Desahannya semakin menjadi, rangsangan yang sungguh hebat membuat dia tidak merasakan keberadaanku.
“Auuuuww…oohh….ahhh….eehhhmmm…yyaaahhh ” Desahanya….
Memang pemandangan yang belum pernah aku tampak seorang wanita berjilbab yang sedang bermasturbasi tanpa membuka jilbabnya. Dulu saat kuliah aku pernah mengintip anak ibu kosku yang melakukan itu, tapi itu kurang menantang karena anak ibu kos ku itu sering mengumbar auratnya dan punya affair dengan salah satu teman kosku. Tapi ini pemandangan yang berbeda dan sungguh luar biasa.
Gerakan tangan kiri Heni diselangkangannya semakin cepat, dan remasan tangan kanannya di tetek semakin kuat. Ingin rasanya aku membantunya, tapi masih sibuk merekam dengan kamera handphoneku. Seketika setelahnya aku melihat dia mulai menghentikan aktifitasnya, nafasnya naik turun teratur, matanya tetap terpejam, tetapi aku nggak tahu apakah dia sudah mencapai puncak kenikamatan atau belum karena aku tidak mendengar jeritan yang biasanya menjadi ciri wanita saat orgasme.
Sebelum dia sadar aku segera bergegas menuju kamarku, dan mulai mereview kembali dari HPku apa yang baru aku saksikan tadi. Tanpa sadar aku menontonnya sembari beronani, hingga orgasme beberapa kali. Aku baru menyadari DVD Blue Film yang baru aku pinjam tadi, ternyata masih tertinggal dalam komputerku, aku yakin tadi tanpa atau dengan sengaja dia melihatnya.
Ancaman Pertamaku Pada Adik Iparku
Aku percaya karena dalam DVD itu terdapat adegan wanita yang melakukan masturbasi, kemungkinan dia mengikutinya. Keesokan paginya, semua sepertinya biasa dan nampak wajar, istriku masih sibuk berdandan, maklum dandannya bisa sampai 2 jam sendiri.
Aku memulai sarapan tanpa menunggu istriku, kemudian ku lihat Heni sudah rapih dan keluar dari kamarnya. Dia sangat cantik dengan dandanannya yang sederhana, hanya berbalut bedak tipis dan lip glose seperlunya.
Tapi ini merupakan pemandangan fantastis, wanita yang apa adanya aku melihatnya menjadi jauh lebih cantik dibandingkan yang ber-make up. Jilbab warna pink dipadu kemeja putih dan rok panjang warna senada dengan jilbabnya membuat dia semakin cantik. Diapun tanpa merasakan apapun memulai sarapan paginya.
Aku membuka obrolan pagi itu “Gimana Nii? laporannya selesai semalam?”,
“Telah selesai mas, terima kasih ya tempat dan komputernya” katanya tenang.
“Kerjain laporan atau kerjain yang lainnya?” sindirku.
Heni langsung terdiam dan menghentikan kegiatannya yang sedang mengambil nasi dari rice cooker. Wajah putihnya mulai bersemu merah, mungkin dia mulai menyadari aku melihat apa yang dilakukannya.
“Tenang saja, kita kan sama-sama dewasa, sama-sama pahamlah dan aku pun tidak akan memberitahukan ini ke kakakmu” ujarku sembari ku perlihatkan hasil rekaman di HPku.
Wajah Heni semakin tegang, keringat mulai membasahi wajahnya, tak sepatah katapun keluar dari mulutnya, aku tahu dia sedang bingung, malu, dan mungkin takut juga.
“Mungkin lain kali bila ingin jangan sendiri, aku sedia menolong kamu hingga kamu plong” Bisikku.
Tanpa menjawab dia segera berdiri dari kursinya dan mengambil tasnya, tanpa mengucapkan sepatah katapun, yang aku tahu matanya yang berbicara, matana nampak mulai penuh dibasahi air mata yang hendak meloncat keluar.
Malamnya, aku berlaku seperti biasa seperti tidak terjadi apapun. Sedangkan Heni seperti agak sungkan dan kaku setiap bertemu denganku.
“Pah, tidur yuk, mamah dah ngantuk banget nich”,
“Ya udah tidur saja dulu, entar papah menyusul”.
Sesudah tertampak istriku telah tertidur lelap, aku beranikan diri menghampiri kamar Heni, yang terlihat masih menyala terang, sepertinya dia masih belajar. Tok…tok…tok… aku mengetuk pintu kamarnya.
“Siapa?” sahutnya dari dalam, saat dia buka pintu kamarnya, aku segera mendorong pintu itu sehingga Heni agak tersungkur kebelakang. Aku kunci dari dalam pintu kamarnya,
“Mass….mas mau apa? keluar dari kamarku”,
“Kamarmu? apa kamu lupa kamu tinggal dimana?” sahutku agak tinggi, dia terdiam.
“Kamu mau videomu tersebar kemana-mana? apalagi wajahmu close up di video itu, seluruh orang akan melihat apa yang kamu lakukan”,
“A…apa mau mas?” katanya terbata.
“Aku cuma mau kamu memuaskanku malam ini…”,
“Ja…jangan mas, aku masih perawan, aku lakukan apa saja asal bukan melakukan itu”,
“Buka!” perintahku ketika kontolku tepat berada di hadapan wajahnya.
Dia mulai melepaskan celana pendek yang aku pakai hinnga ke lutut, Heni agak terkejut melihat kontolku yang mulai tegang dan demikian menonjol seakan celana dalamku nggak mampu memuatnya.
Dengan bergetar tangannya menurunkan celana dalamku dan kemudian menurunkannya hingga ke lutut. Tampak kini dihadapannya kontolku yang telah tegak mengacung bagaikan sebuah tombak yang siap dihujamkan. Telihat ragu dia memegang kontolku sembari dengan menundukkan kepalanya.
Akupun meraih tangannya yang halus, dan menyentuhkannya ke kontolku, rasanya sangat nyaman, dimana kulit lembutnya menyentuh kontolku yang sudah mengeras, kokoh, otot-otot yang keluar menambah kesan sangar.
Wajahnya terakuk dan mulai tersedu, tetapi aku nggak memperdulikannya, aku maju mundurkan tangannya, hingga kemudian waktu aku nggak perlu mengarahkannya karena tangannya telah faham apa yang musti dikerjakannya. Heni pun mulai berani menaikkan wajahnya dan menatap kontolku. Tak berapa saat aku merasakan sesuatu yang ingin melesak dari dalam tubuhku, sampai akhirnya…
“aahh…..”aku melengguh disertai keluarnya sperma dari kontolku.
“aaaauuwww….” Heni tersentak kaget ketika spermaku keluar.
Karena dia ada tepat didepan penisku, semburan spermaku mengenai mukanya, matanya, hidungnya, bibirnya dan setengahnya lagi ke jilbabnya. Aku tersenyum puas lalu ku tinggalkan Heni yang masih terpaku.
Esoknya aku melakukan hal yang sama. kali ini, aku tidak perlu membentak dan memerintahkan, Heni sudah mengetahui apa yang harus dia lakukan. Meski sedikit ragu, dia mulai berani melepaskan celanaku sendiri, hingga celana dalamku, dan memulai sentuhan lembut pada kontolku.
Dia tidak malu dan canggung seperti kemarin walau masih nampak wajah takut dan terpaksa melakukan itu. Aku mencengkram tangan kanannya, dengan membiarkan tangan kirinya masih menggenggam kontolku yang nyaris tak tergenggam tangan mungilnya dikarenakan dameternya yang nyaris mencapai 7 cm.
Aku renggangkan telapak tangannya dan aku tuntun melakukan gerakan mengusap pada ujung kontolku, telapak tangannya mengusap dengan melakukan gerakan memutar di ujung kontolku seperti yang sering istriku lakukan.
Hal ini memberiku perasaan yang lebih, terutama yang mengerjakannya adalah seorang wanita yang polos tentang seks, alim dan kerap berjilbab, merawat dirinya dan menyelubungi tubuhnya. suatu sensasi yang amat luar biasa. Aku kembali mencapai puncak dan memuntahkannya diwajahnya. Kegiatan itu sering kami lakukan tanpa sepengetahuan istriku sampai beberapa waktu lamanya.
Pagi ini aku baru sampai dari kantor karena mendapat giliran piket, karena itu siang ini aku mendapat libur. Hingga di rumah suasana sama setiap pagi kayak yang sudah menjadi rutinitas. Istriku telah siap berangkat ke kantor, dan taksipun sudah menunggunya diluar.
“Pah aku berangkat dulu ya..” sembari menciumku, badannya indah dibungkus blazer kencang dan rok yang amat pendek, ahh…itu pemandangan luar biasa.
“Mah…sekalian kunci ya pintunya” ujarku,
“Nanti saja, Heni belum berangkat, biar dia saja yang kunci pintu…” ujarnya sambil berlalu.
“Hah..Heni masih di rumah..padahal biasanya dia sudah berangkat pagi-pagi sekali” bisikku.
“Kreeekkk…blak” kutengok pintu kamar yang dibuka dan lalu di tutup, ku tengok Heni menggunakan jilbab warna putih hingga dibawah sikunya, gamis pink warna favoritenya dan rok putih manset dan kaos kaki putih pun telah menghiasi lengan dan kakinya. Dia terperanjat melihatku sudah di dalam, dia langsung menundukkan wajahnya dan bergegas menuju pintu.
“Nggak makan dulu nii?” sahutku memecah keheningan,
“Ngga mas..di RS aja, ngga enak sudah telat…” sambil terus menundukan wajahnya dan berlalu.
“Eii…ttt…mau kemana? santai dulu di sini”.
“Jangan mas…aku udah telat ke RS, nanti residentku marah” sahutnya ketakutan,
“Apa peduliku…!”, langsung muncul niat di pikiranku,
“Kamu mau video itu tersebar? kamu ingat? kamu tinggal di rumah siapa? akan tinggal makan, tidur tinggal tidur…”, wajahnya semakin memerah amat jelas sebab kulitnya yang putih tidak bisa menutupinya.
“Kamu juga harus punya pengorbanan…” lalu aku duduk di sofa depan TV yang biasa kami gunakan untuk menonton, aku masih berkemeja lengkap.
“sini…duduk didepanku”, dia segera mengerti perintahku, wajahnya tetap tertunduk, dan sama sekali nggak melihatku.
Tanpa di suruh dia langsung membuka ikat pinggangku, lalu celanaku dan menurunkannya sampai ke mata kaki. Ahh…pemandangan yang sangat tidak ingin aku lewatkan, berdua dengan wnaita cantik di rumah, dan yang paling penting, kami tidak melakukannya sembunyi-sembunyi di kamar, tapi di ruang tengah yang sangat luas, aku semakin terobsesi.
Tanpa di minta, Heni segera mulai menggerakan tangannya memompa batang kontolku yang mulai tegang beberapa waktu setelahnya.
“berhenti…aku sudah bosan dengan cara itu, ganti dengan cara lain!!”,
“Cara gimana mas…aku ngga ngerti” sambil terus tertunduk pasrah.
“dengan mulut kamu….sekarang”, aku lihat tubuhnya merespon dengan sangat terkejut perintahku, hal yang tidak pernah sama sekali dia bayangkan.
“semakin lama kamu melakukannya…semakin terlambat sampai RS…”bentakku.
Heni pun mulai mendengarkan perintahku, didekatkan bibirnya yang kecil itu pada kontolku, Saat bibirnya yang lembut, hangat dan basah oleh lipglose itu mengenai ujung kontolku, aku merasakan sensasi yang luar biasa. Cara menciumnya pun sangat aneh, karena dia tidak pernah melakukannya sama sekali, tapi aku biarkan karena di situ seninya, melihat wanita alim yang masih polos melakukan oral sex.
Aku tertawa dalam hati, dan manghayati apa yang ada di depanku. Mungkin sudah insting, ciumannya mulai mengelilingi semua kontolku, adapula beberapa kali dia basahi dengan lidahnya. Dia mengerjakannya dengan mata yang terus terpejam, kuberanikan mencengkram punggungnya, aku rasakan detak jantungnya berdebar sangat keras hingga ke punggung.
“ahh…merasakan sekali Hen sayang….lanjut sayang…emut semuanya…kayak kamu mengulum permen lolipop saat kamu kecil dulu” ucapku sembari mulai berani mengusap dan membelai jilbabnya.
Dengan ragu Heni memasukkan kontolku ke rongga mulutnya, aku tidak tinggal diam aku segera mendorong kepalanya semakin masuk, sehingga dia tahu apa yang harus dia lakukan….Tangaku mulai berani menyusup ke balik jilbabnya, dan menemukan sebuah gundukan yang sangat lembut terbalut bra,
“mmmmmmhh…cuma 34B tapi lembut dan indah sekali” desisku. Heni terperangah, dan langsung tangannya memegangg tanganku dan menjauhkannya dari dadanya.
“Diam!!!” bentakku. Dia terdiam, dan matanya mulai meneteskan air mata.
Lalu tangan kananku memegang bagian belakang kepalanya dan memaju mundurkan kepalanya, sehingga bibirnya yang lembut beradu dengan lapisan kulit kontolku, aku merasakan sensasi yng sangat luar biasa dan tidak pernah aku dapatkan. tangan kiriku kembali bergerilya di dadanya, kali ini tidak ada perlawanan, bahkan ketika aku mulai meremas teteknya yang lembut.
“aaahh…aauuww…” Aku mengejang, dan langsung munculah lahar putih hangat dari ujung kontolku.
Heni terkejut bukan kepalang, dia berupaya melepaskan kontolku dari mulutnya, tapi itu sia-sia sebab tangan kananku menahannya. Akhirnya spermaku muntah di rongga mulutnya… dan diapun memuntahkannya…ahhh…indah sekali.
Dia segera berlari ke wastafel buat mengeluarkan apa yang baru ditelannya. dia meludah terus menerus, sembari tetapsenggukan membendung tangis. Lalu dia pun masuk ke kamar. aku masih menikmati ejakulasi terindah yang pernah aku rasakan.
Tak berapa lama, Heni keluar dari kamarnya, dengan jilbab dan gamis yang baru, mungkin karena kusut dan terkena cipratan spermaku. Walaupun tetap dengan wajah menunduk, tai dia mulai berusaha bersikap biasa, dan berani mencairan suasana.
“Mas…aku berangkat dulu”,
“Iya…hati-hati ya…rahasiamu aman denganku”.
Malam harinya aku bergumul hebat dengan istriku hingga aku terlelap. Pada Jam 2 dini hari aku terbangun lagi, dan seperti biasanya aku mengambil minum di kulkas.
Ku tengok kamar Heni tetap terang, “mhh…rajin amat belajarnya”, kemudian ku ketuk pintu kamarnya.
“Hen…buka pintunya” ujarku.
“I…iya mas…”, kayak biasanya dia mengenakan jilbabnya dulu sebelum menemuiku.
“belum tidur ya?”,
“Belum mas, masih ada tugas…mhh…boleh aku pinjam lagi komputernya mas?”,
“Tentu saja boleh…tapi kamu tahu syaratnya bukan?”, dia terdiam..
Mungkin tidak ada pilihan lagi, “mulutnya terus membasahi kontolku, terus melakukan gerakan mengurut dan merangsang agar kontolku segera mengeluarkan lahar putihnya. Pandangan yang luar biasa, dengan daster yang besar dan menggunakan jilbab kaos putih ang amat lebar. Dan dia pun hanya diam ketika dua tanganku masuk dibalik jilbabnya dan mulai meremas teteknya. Sesaat kemudian kontolku mulai bergetar dan segera melesakkan lahar putihnya.
“Ahhh….” aku terkejut mendengar kata itu muncul dari bibirnya.
“bersihkan!” serta merta bibir dan lidahnya membersihkan sperma yang masih menempel di kontolku.
Akhirnya, kegiatan ini sering saya lakukan, walaupun tetap aku paksa, namun dia sudah tidak canggung untuk melakukannya. Bahkan, dia semakin lihai agar membuatku segera ejakulasi. Kemungkinan itu dia peroleh dari pelajaran di kuliahnya, dia tahu titik rangsang yang paling sensitif.,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,